PANGKALPINANG | Suasana kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diwarnai aksi demonstrasi ribuan warga yang menuntut perhatian pemerintah terhadap nasib penambang rakyat dan kondisi ekonomi yang kian sulit.
Sejak pagi, massa dari berbagai daerah di Pulau Bangka mulai memadati area sekitar lokasi kunjungan presiden. Mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan aspirasi serta keluhan, seperti “Tolong Rakyat Penambang, Kami Ingin Hidup Layak” dan “Legalitas Tambang Rakyat, Harga Timah yang Adil untuk Kami.”
Aksi tersebut berlangsung dengan suasana haru dan penuh emosi. Banyak warga yang menyuarakan kesedihan mereka di tengah barisan massa, berharap kehadiran Presiden bisa menjadi jawaban atas keresahan yang sudah lama mereka pendam.
“Kami senang Bapak Presiden datang, tapi kami juga ingin didengar. Kami hidup dari menambang, tapi sekarang serba susah. Harga timah jatuh, izin tidak ada, sementara perut harus tetap diisi,” ujar seorang penambang rakyat asal Bangka Barat dengan nada lirih.
Meski digelar bersamaan dengan kunjungan kepala negara, aksi berjalan tertib dan damai. Massa memilih menyuarakan aspirasi mereka dengan orasi dan doa bersama, tanpa aksi anarkis. Aparat keamanan dari kepolisian dan TNI terlihat berjaga ketat di sepanjang rute kunjungan untuk memastikan situasi tetap kondusif.
Beberapa perwakilan masyarakat menyampaikan harapan agar Presiden Prabowo benar-benar memperhatikan persoalan yang dihadapi rakyat kecil, khususnya di sektor pertambangan rakyat yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi ribuan keluarga di Bangka Belitung.
“Kami tidak menolak aturan, tapi kami butuh kejelasan. Jangan biarkan kami terus hidup di ketidakpastian,” teriak salah satu orator dari mobil komando di tengah sorakan massa.
Kunjungan Presiden Prabowo sendiri dijadwalkan untuk meninjau sejumlah proyek strategis nasional dan bertemu dengan tokoh daerah. Namun di tengah padatnya agenda, aksi masyarakat ini menjadi sorotan utama karena menggambarkan betapa beratnya beban hidup rakyat di daerah penghasil timah tersebut.
Hingga saat ini, aksi tetap berlangsung damai. Massa perlahan membubarkan diri setelah menyampaikan aspirasi mereka dengan harapan besar, agar suara rakyat kecil di Bangka Belitung tidak lagi diabaikan.
Febry